Kumpul-kumpul bersama sahabat kecil penuh suka-cita. Bila lagi ya kan kita rasakan?


Foto ini diambil tahun 2018 pada saat mengisi acara Pentas Seni Ahir Semester I. Tanpa persiapan yang matang karena dalam beberapa hari saja waktu yang tersedia. Akhirnya kami musyawarah untuk kostumnya bagaimana, latihannya kapan, dan sebagainya. Eeh...tak disangka mereka rela mengeluarkan modal dengan membeli kostum kaos Banana yang saat itu memang sedang hits. Mereka juga menghiasi kostum itu dengan rumbai-rumbai warna warnabiru putih untuk laki-laki dan ungu putih untuk perempuan. Mereka juga membuat slempang untuk dikalungkan yang bertuliskan nama-nama provinsi sesuai judul gerak lagu yang mereke bawakan yaitu "Tiga Puluh Empat Provinsi"

Melalui lagu itu dengan cepat dan mudah mereka menghafal 34 provinsi dan ibukotanya. Wah luar biasa ternyata ketika kita belajar sesuatu itu dengan mengalami langsung melalui gerak lagu contohnya. Jika mereka harus menghafal nama-nama 34 provinsi dan ibukotanya hanya dengan cara membaca dan mengingat kembali, aku yakin tak kan semudah itu. Sedangkan dengan cara mementaskan materi itu, anak-anak cepat sekali menghafalnya. Tak butuh waktu lama, hanya hitungan jam bahkan ada yang hanya hitungan menit sudah hafal nama 34 provinsi di Indonesia dan ibukotanya.

Dari pengalaman inilah aku banyak belajar. Bahwa memang kita akan mendapat hasil yang berbeda ketika kita melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda. Ini adalah tantangan bagiku untuk mecari cara 'tak biasa' dalam mentransfer ilmu ke anak-anak didikku. Cara mempelajari sesuatu dengan menyenangkan, terasa mudah dan hasil yang gemilang. 
 
Tantangan belajar di era 4.0 ini semakin besar karena kita berhadapan dengan anak-anak yang lahir bukan di jaman kita. Mereka secara native sudah melek benda-benda digital. Anak jaman ini menyukai sesuatu yang instan, dan tak dapat dipungkiri bahwa dalam belajarpun mereka tak suka penjelasan yang bertele-tele. Mereka lebih menyukai untuk segera selesai secara cepat tentang hal-hal apapun. Tantangan ini tentu membuat kita sebagai guru harus berpikir untuk menjawabnya. Mereka, peserta didik kita yang tak lagi menyukai narasi yang panjang-panjang, menantang kita untuk terus berinovasi. bahkan untuk menyampaikan materi yang paling sederhanapun kita perlu mencari siasat bagaimana cara menyampaikannya karena anak-anak ini tak dapat disamakan dengan jaman kita. Oleh karenanya treatment yang kita gunakan juga harus bisa mengakomodir kebutuhan mereka. Dengan begitu mereka akan merasa nyaman, merasa sedang berada di jaman mereka, dan mudah beradaptasi.

Kita dapat merasakan sendiri ketika di kelas, kita coba menjelaskan dengan ceramah saja, pasti mereka tak kan mampu berkonsentrasi lama. Hanya hitungan menit mereka kemudian mencari-cari alasan entah ijin ke toilet misalnya, untuk menghindari 'ceramah' kita itu. Nah itulah yang membuatku mengajak mereka mementaskan gerak dan lagu 34 provinsi ini. Lebih dari itu, hafalan 34 provinsi dan ibukotanya ini masih tetap mereka ingat ketika mereka telah berada di kelas selanjutnya. Ini adalah hal yang menggembirakan tentunya.
 
Kini mereka telah berseragam putih-biru. Tapi mereka masih sering berkunjung ke rumahku meski tak lagi menjadi muridku. Waktu itu, sebelum wabah ini melanda negeri. Hingga kinipun mereka masih selalu kontak dengan mengirim WA dan sekedar say hello, atau sekedang bilang, Bu..aku kangen tau sama Ibu.

Ya Nak, semoga pandemi ini segera berlalu dan kita bisa kumpul-kumpul seperti dulu. Dan semoga kita semua tetap sehat dan sukses di manapun berada.
 
#Sahasapos
#SaminiSinau
#Lagu34Provinsi



0 Komentar